Selasa, 27 Desember 2011

Cerpen : Terima Kasih Vany (2)

Sebenarnya didalam hatinya yang terdalam, ia juga mengalami kesedihan yang tidak kalah besarnya seperti yang dialami oleh Teri. Ibu manakah yang tidak merasa sedih melihat anaknya menderita.

Sejak Teri masuk di rumah sakit ini, Ibu Ratna mencurahkan semua perhatiannya kepada anaknya itu. Bahkan tidak jarang Ibu Ratna lupa mengurus dirinya sendiri, bahkan hanya sekedar makan dan mandi. Apalagi ketika Teri masuk ruang Operasi. Waktu-waktu itu adalah masa-masa terberat buat Ibu Ratna.

Tidak henti-hentinya Ibu Teri memanjatkan doa kepada Tuhan agar putrinya selamat dan bisa melewati operasi dengan baik. Bahkan ketika putrinya belum siuman, Ibu Ratna selalu menjaga, hampir tiga-hari tiga malam Ibu Ratna tidak tidur bahkan ia makan kalau ada yang memaksanya.

Ibu Ratna sangat mengasihi Teri. Karena itu ketika Teri banyak berubah, ia pun terpukul karena perubahan itu

Perlahan Ibu Teri menarik nafas panjang, ia berusaha menghIbur dirinya dengan berjalan tanpa tujuan.

Dengan berjalan perlahan, Ibu Ratna berjalan menuju beberapa ruangan lain di lorong yang sama. Dari balik kaca yang terdapat di pintu ia berusaha melihat beberapa pasien dan keluarga yang ada dikamar-kamar itu.

Ketika ia berada di suatu ruangan, hampir saja dia bertabarakan dengan seseorang yang akan keluar dari kamar itu.

Setelah meminta maaf. Ibu Ratna memperhatikan siapakah seseorang yang akan bertabrakan dengan dirinya. Melihat wajahnya Ibu Ratna nyakin kalau gadis yang baru saja ditabraknya itu masih relatif muda. Ya mungkin seusia anaknya Teri.

Tapi bedanya gadis itu nampaknya begitu ceria. Sementara anaknya ....

            V: ”Maaf tante”
”apakah tante mau masuk kamar ini”
(tanya gadis itu tanpa basa-basi)

IR: ”Ah gak saya ...hmmm.... tadi hanya mau liat-liat saja kok ”
”Siapa yang dirawat dikamar ini ?”
(tanya Ibu Ratna dengan menutupi kegugupannya)

V: ”Ini kamar saya tante, saya dirawat di kamar ini”.

IR:”Oh ya...tapi kelihatnya kamu sehat-sehat aja”.
(Tanya Ibu Ratna sambil kebingungan)

V: ”Ya, tante liat dunk kaki saya”
”Baru tiga minggu ini saya dioperasi tante”
”dan sekarang ini saya sedang berjalan dengan satu kaki.”
(kata gadis itu tanpa malu-malu)
(Memang setelah diperhatikan gadis itu hanya memiliki satu kaki )

            V: ”Tante mau masuk kamar saya”
            ”Kebetulan saya sekarang sedang sendirian”

            IR: “Ah gak usah ya mungkin lain kali aja ya”
            “Kebetulan anak tante dirawat kamar itu”
            (kata Ibu Ratna menunjukan pintu ruang kamar perawatan anaknya itu)

            V: ”Apakah anak tante juga seumur saya”.
(Tanya gadis itu lagi)

IR: ”Iya...iya mungkin seumur kamu.”
”Tapi .... sayang sekali Dia tidak seperti dulu lagi”.
”Ia sekarang nampak selalu murung”.
”Terutama setelah tahu kaki sebelah kirinya telah diamputasi ”
(kata Ibu Ratna dengan nada sedih)

V: ”Wah kalau seperti itu saya pernah mengalaminya.”
”Tapi coba sekarang tante liat.
”Walaupun kakiku tinggal satu”
”aku tetap oke-oke saja”.
”Mungkin lain waktu aku harus ketemu dengan dia ya .....”

Ibu Ratna hanya tersenyum. Satu usul yang bagus. Pikir Ibu Ratna siapa tahu dengan perjumpaan itu, mereka bisa saling mengenal dan bisa saling berbagi pengalaman.

Gadis yang sedang dikenalnya itu tidak ada lagi didepannya. Tapi Ibu Ratna merasakan sesuatu yang cukup melegakan di dalam hatinya. 

(bersambung)