Sabtu, 31 Desember 2011

Cerita : Tamat

Bahkan Yola salah satu teman Vany, sempat bercerita kepada Teri, tentang sesupunya yang juga mengalami nasib yang sama seperti dirinya. Dia harus hidup dengan kaki palsu. Tetapi saudaranya itu tetap bisa melakukan kagiatan seperti semula, bahkan menurut Yola, sepupunya itu bisa berlari lebih cepat dari dirinya. Ini adalah hal yang sangat mengagumkan.

Cukup lama waktunya Teri bersama teman-temannya Vany, ia merasa senang bisa mengenal mereka. Mereka tidak memandangnya sebagai sosok seseorang yang perlu dikasiani, mereka tetap menganggap sebagai sosok seseorang yang normal.

Selama ini dia merasa dirinya berbeda seperti orang lain, setelah kecelakaan itu. Namun, kenyataannya tidaklah demikian, orang-orang tetap menggangapnya sebagai Teri yang dulu. Hanya perasaannya ....yang kini terlalu peka.

Akhirnya ia berada pada keadaaan yang tidak disukainya. Hingga akhirnya ia berjumpa dengan Vany, yang mampu membuatnya berpikir terbalik.

Dia bisa mengatasi permasalahan hidup dengan cara pandang yang berbeda. Vany tidak pernah marah dengan kondisi fisiknya yang terus memburuk karena terapi kangker, dia terus tertawa pada saat dia harus berganti-ganti wign karena rambutya yang gundul. Ia pun masih bisa berpikir bahwa dirinya tetap istimewa, walaupun banyak sekali kekurangan yang dimilikiya.

Masih Teringat oleh Teri apa yag dikatakan Vany, Tuhan menciptakan orang-orang yang istimewa sekalipun kita memiliki cacat dan kekurangan. Tuhan akan melengkapi kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Kalimat yang diucpkan oleh vani Teriang-iang oleh Teri tiba-tiba perasaan haru membuat Teri ingin menangis, ia teringat pada Ibunya yang selalu menemani dan selalu diabaikannya. Bahkan tidak ada sepata katapun yang diucapkan untuk wanita itu. Dan disadarinya bahwa Ibunya terlalu lelah menunggunya.

Satu-satu air matanya jatuh menetes dipipinya, Teri menghapus air matanya itu dengan perlahan dan kembali dia melihat diranjang sebelahnya tampak Vany meringgkuk dengan selimutnya sepertinya dia terasa kelelahan saat menyambut kedatangan teman-temannya tadi dan kini dia tanpak tertidur.

Teri tiba-tiba sangat rindu dengan Ibunya, ia ingin sekali meminta maaf kepada wanita itu mungkin karena matanya begitu lelah, atau mungkin pengaruh obat, akhirnya Teri pun tertidur. Entah untuk berapa lama Teri tertidur. Ia hanya Teringat bahwa perasaan hatinya terasa lebih ringan dan nyaman.

Teri terjaga ketika ada sosok seorang yang membelai kepalanya dengan lembut, Ibu Ratna dengan mata berbinar memandang putrinya dengan penuh cinta.

Tadi sebelum masuk ke ruangan ini, suster yang bertugas telah memberitahukan mengenai berkembangan Teri. Hari ini dia sudah mau makan, makanan yang telah disiapkan. Dan menurut suster hari ini, untuk pertama kalinya, mereka melihat secara diam-diam dari balik pintu ruangan, Teri sudah tersenyum. Bahkan tertawa kecil mendengarkan cerita dari Vany.

            T: ”Ibu” (sapa Teri setelah mengetahui bahwa Ibunya ada disampingnya)
           
            IR: “Iya sayang, Ibu ada disini”
            (Ibu Ratna sangat senang)
(karena selama sakit Teri tidak berkata sepata kata pun kepada dirinya, apalagi
memanggilnya)
            “Kini ia mau menyapanya kembali.”

            T: ”Maafkan Teri ya bu ”
            (tanpa terasa air mata Teri menetes di pipinya)
            (Perlahan Ibu Ratna menghapus air mata itu)
IR: ”Apa yang perlu dimaafkan.
Tidak ada sesuatu yang perlu dimaafkan. ”
(kata Ibu Ratna lembut)

T: “Tapi Teri sudah membuat Ibu sedih “

IR: ”nggak sayang, Ibu mengerti mengapa kamu seperti ini.”
“Sekarang ini saatnya bagi kita untuk membuka lembaran baru”
”Ibu nyakin sekali kamu bisa melewati masa sulit ini”
”Kita akan melewatinya bersama”

(Tangan Teri memegang erat tangan Ibunya)
(Sepertinya ia ingin megungkapkan bahwa ia sangat membutuhkan wanita itu,
untuk menjalani hari–hari  didepan.

Begitu juga dengan Ibu Ratna, ia mencium kening anaknya itu dan berkata

IR: ”Jangan bersedih lagi ya. Tuhan akan menolong kita”

Tiba-tiba pandangan mata Ibu Ratna beralih kepada Vany, yang masih terlelap dengan wajahnya yang damai. Didalam hatinya Ibu Ratna mengatakan: Terima kasih untuk hari ini dan Tuhan Terima kasih untuk gadis yang ceria itu yang telah kau kirimkan bagi kami.

Tiada kata yang mampu terucapkan selain Terima kasih disaat Tuhan menyelesaikan setiap masalah yang membebani hidup kita.

Terima kasih Vany. 

Jumat, 30 Desember 2011

Kalau dibandingkan dengan dirinya mungkin bisa dikatakan Vany lebih menderita, Ia penderita kangker ganas kepalanya gundul dan kakinya harus diamputasi tapi kalau dilihat Vany nampak begitu ceria
            V: ”Hai Teri kamu mau lihat koleksi wign ku”             ”Ini sebagian yang ku bawa”             ”Dirumahku ada beberapa lagi”             ”Kamu mau coba pake”             ”Gampang kok caranya”
            (kemudian Vany mempraktekan bagaimana cara memakai wign itu)             (ia memilih wig berwarna merah marun)             (nampak begitu cocok dengan wajahnya yang berwarna kuning langsat)
            ”Nah gitu caranya gampang khan”.             (Kata Vany melihat gambaran wajahnya di dalam cermin)
            ”Nanti aku pinjamkan deh untuk mu”             ”Sepertinya yang keriting ini cocok dengan wajahmu yang imut itu”             (kata Vany sambil menunjukan salah satu wign dengan tekstur keriting)
Tiba-tiba saja  pintu ruangan mereka terbuka. Suster yang bertugas pagi itu membawa kereta makanan
            S: ”Vany ..... seneng nya puunya teman baru.”             (tanya suster itu akrab)                         V:” iya .....eh .....Sarapan paginya apa ?????            ”Ooooooo bubur lagi ya .......”            ”Sekali-kali nasi goreng dunk supaya aku selera makan”             (gurau Vany)
            S: “Vany....Vany “            “Bubur saja kamu gak pernah sisakan “            ”Apalagi kalau nasi goreng ”            ”Pasti minta tambah... khan” (balas suster itu gak mau kalah)
            V: ”Iya  donk masak sih kita menyia-siakan berkat Tuhan ”            ”Kalau Bapaku tahu aku sisakan makanan ”            ”Pasti dia marah”             ”Tapi buburnya ada lauknya khan”     (kata Vany gak mau kalah)                         S: ”Ini tadi mintakan suster mintakan dendeng manis”             ”Khusus untuk mu”             ”Dihabiskan ya ..... ”
            V: ”Sip ..... lah”             (kini suster itu menghantarkan bubur kepada Teri)
            S: ”Oh ya Teri .... tadi Ibumu berpesan supaya kami menyuapin kamu”             (kata suster itu ramah)                         V: ”ya.... disuapin”             ’Biar deh sus... dia gak usah disuapin”             “Serahkan saja sama Vany”             ”Pokoknya beres ...... ”
            S: ”Nyakin ..... suster itu menyakinkan.”                         V: (Vany hanya mengancungkan jempolnya)            (sambil berkata)             Sipppppp.....ppppp            Kupegang tangan muMiliki hatimuSahabat ku sayangSelamanya
Kutatap matamuMiliki senyumuSahabatku sayangSelamanyaJadikan hidup ini berartiMiliki sahabat yang Tuhan beri
Jadikan hidup ini berhargaBersahabat selamanya

Suster itupun meninggalkan mereka berdua untuk berada di dalam ruangan. Beberapa saat kemudian entar apa yang dikatakan oleh Vany. Teri mau saja menerima bimbingan dari Vany untuk duduk dan makan bersama. Sambil makan mereka ngobrol dan tentu saja yang paling banyak bercerita adalah Vany.
Sebenarnya, ..... Teri masih terasa sedikit mual. Karena beberapa hari ini Teri tidak makan apapun. Tetapi tanpa sadar .....bubur yang ada di mangkoknya hampir habis separoh dari porsinya
Sambil makan menu sarapan pagi itu Vany tidak henti-henti untuk bercerita. Kadang ceritanya bisa membuat Teri terseyum ...bahkan tertawa ... walaupun dia gak menahannya... oleh karena setiap kali tubuhnya tergoncang, bekas operasi yang ada di kakinya terasa sakit.





            Teman Vany : ”Halo pa kabar?”            (tiba-tba dengan sedikit mengejutkan .....  muncul beberapa anak muda)             (yang tidak lain adaah teman-teman Vany)                         V: “Hai liat nie aku sekarang gak sendirian loh.....“            “Itu ada teman baru “            “Namanya Teri“             (tanpa basa-basi, Vany langsung memperkenalkan Teri kepada teman-temannya)                         “Oh ya Teri ini teman-temanku”            ”Ada yola, fara, leksi”
            TemanT: ”halo Teri”             (sapa mereka hampir bersamaan)            Teri hanya tersenyum menyambut sapaan mereka. Vany dan teman-temannya sangat akrab sekali. Mereka saling bercanda dan Vany sepertinya tidak terasa bahwa dirinya berbeda dengan mereka. Ia bisa bergurau, sambil memukul, bahkan ketika mereka memutar lagu hip hop dari tape rocoder Vany asyik berjoget dengan kakinya yang hanya tinggal satu.

Ia terlihat begitu piawai meliuk-liukan tubuhnya hal ini mau tidak mau membuat Teri merasa kagum. Tidak membutuhkan waktu lama, Teri sudah terasa akrab dengan teman-temannya Vany.
Bila kau dapat mengerti sahabat adalah teman setia dalam suka dan dukaKau kan dapat berbagai cerita. Itulah seharusnya jalani kehidupanSetia...setia...setia dan tanpa terpaksaKau akan mengerti
Bersambung...

Kamis, 29 Desember 2011

Cerpen : Terima Kasih Vany (4)

Teri masih agak kebingungan, kenapa dengan tiba-tiba ia dipindahkan ke ruangan yang berbeda Setelah ia dipindahkan dari kereta dorong menuju ranjangnya iapun membuka matanya.

Masih tersisah air mata dipelupuk matanya. Pandangan matannya menuju sisi ruangnya. Dan ia merasa agak kebigungan karena di ruangan itu terdapat poster besar yang dipasang di dinding kamar.

            T: “apa aku masih berada di rumah sakit ya .... “
            (Demikian pertanyaan yang ada di dalam hati Teri)

Tiba-tiba Ibu Ratna mendekatinya

            IR: “Teri, sekarang kamu gak bakal kesepian lagi nak ”
            ”Karena disini kamu telah memiliki teman”
            ”Sementara Ibu pergi keluar kamu bisa berbincang dengan temanmu itu”
            (kata Ibu Ratna dengan membentulkan selimut anaknya)

Pandangan Teri memandang sekeliling ruangan itu tetapi dia tidak menemukan seorangpun disana kecuali dirinya dan Ibunya.

Sesaat kemudian, Ibu Ratna berpamitan untuk pulang sebentar karena ia harus mengatur semua yang ada di rumah dan mengambil beberapa barang yang dIbutuhkan.

Kurang lebih 15 menit kemudian, Teri yang sendirian diruangan itu, tiba-tiba mendengar bunyi getaran kursi roda masuk ke kamar itu.

Pandangan mata Teri tertuju ke sumber suara, ia penasaran, siapa sih kira-kira teman barunya itu. ?

Ternyata yang datang adalah seorang gadis seperti dirinya, ketika pandangan matanya memandang Teri, refleks gadis itu tersenyum sambil menyapa.

            V: ”hai”
            ”Senang sekali aku punya teman sekamar”
            ”Namamu siapa”
            (tanyak gadis itu langsung)

(Dan dia segera turun dari kursi roda dan melopat-lompat dengan kakinya yang satu .... menuju ke tempat tidurnya Teri).

”Wah kamu sih masih beruntung memiliki dua pankal paha”
”Sedangkan aku”
”Kaki ku harus dipotong sampai tulang panggul karena kangker tulang
coba liat”
(tanpa malu-malu gadis itu menunjukan bekas potongan kakinya)

”Tapi aku gak sedih kok”
”Teman-temanku masih seperti dulu”
”Mereka orangnya asyik-asyik loh.”
”Bahkan sebentar lagi aku harus brsiap-siap karena mereka akan segera datang”
”Eh ketika mereka datang ... pasti juga mau jadi temanmu”

Lalu Gadis itu melopat-lompat lagi dengan satu kakinya menuju tempat tidurnya.



Hidup tak lagi terasa sepi .... Malam pun tak lagi terasa sunyi

Ketika ada teman yang perduli .... Dan mau tuk berbagi

Kesedihan pun berganti kawan .... Kebimbangan pun terapus sinar

Jikalau ada sahabat setia .... yang mampu sembuhkan luka

Tiada yang abadi di dunia .... Tiada ada yang Kekal .... selamanya

Coba dengar khan tetua Dari mereka semua .... Kita hidup di dunia hanya sementara

Dan

Tak ada yang sanggup untuk tetap bertahan .... Kecuali cinta dan persahabatan

Pastikan ada  .....  teman  .... yang perduli

Dan... mau tuk berbagi

Tiada yang abadi di dunia .... Tiada ada yang Kekal .... selamanya

Coba dengar khan tetua Dari Mereka semua .... Kita hidup di dunia hanya sementara

Dan ....

Tak kan ada yang sanggup untuk tetap bertahan .... Karena memang hidup kita

Khan lebih indah .... Semua karena cinta dan persahabatan



            V: “Wei aku khan belum tahu namamu”
            “Ah....namaku Vany
“Tapi teman-temanku suka menambahkan satu julukan didepannya
yaitu Vany wing”
            ”Kamu mau tahu kenapa ? Mereka memanggilku seperti itu”
            ” Karena kemana-mana .... Aku selalu memakai wing”
            ”Hahahhahah.......lucu khan”
            (katanya sambil menarik rambutnya)

Satu hal lagi yang membuat Teri terkejut ternnyata, gadis itu mengenakan rambut palsu, kepalanya nampak mulus tanpa rambut.
           
V: ”Kaget ya....”
”Biasa lah ....kalau penderita kangker seperti ku ini pasti rambutnya akan rontok
dan sulit tumbuh lagi. ”
            ”ya.... katanya sih karena obat-obatan yang ku minum”
            ”oh ya.... aku belum tahu namamu”
            ”namamu siapa ?”  

            T: ”Teri” (jawab Teri singkat)
           
            V: ”Teri .... Teri .... Teri .... ”
            ”Nama mu bagus ya”
            (kata Vany ambil manggut-mangut)

Teri merasa ada sesutu yang lain dalam diri Vany, meskipun bicaranya cepas-cepos namun dia orangnya baik. Dan Teri merasa nyaman dengannya. 

(bersambung)

Tulisan kawan hidup kita






Rabu, 28 Desember 2011

Cerpen : Terima Kasih Vany (3)

Tiba-tiba dia ingin melakukan satu rencana bagi putrinya Teri, agar putrinya berubah. Ibu Ratna beranjak dari tempatnya berdiri dan pergi menuju tempat penjaga para perawat dan bertanyak kapan dokter yang merawat putri datang hari ini.

Setelah ia mendapatkan informasi yang diinginkan, Ibu Ratna pergi dan kembali ke kamar perawatan anaknya, ia kemudian membujuk putrinya itu untuk makan.

Ketika menuju kamar anak itu, Ibu Ratna tidak lagi terasa sedih seperti tadi. Bahkan dia tampak lebih bersemangat. Sepertinya dia mendapatkan tenaga yang baru untuk menghadapi hari esok dengan penuh dengan tantangan yang dihadapinya.

Walaupun hari itu Ibu Ratna belum berhasil membujuk putrinya untuk makan, tetapi dia tetap merasa optimis. Kalau sesaat lagi putrinya  yang cantik itu akan kembali sepeti dahulu

Sore itu Ibu Ratna berusaha menemui dokter yang merawat Teri. Dia berbicara empat mata. Dan dia mengusulkan satu rencana yang membuat putrinya itu berubah. Dan dokter yang merawat Teri tidak keberatan dengan usulan itu. Dan mereka pun sepakat untuk melakukan usulan itu, esok pagi.

Ah ..... rencana apa ya yang kira-kira mereka kerjakan 

 
Pagi itu matahari bersinar dengan hangat. Pagi yang begitu indah tetapi bagi Teri semua hari adalah sama. Semuanya buruk baginya.

Karena kini dia bukan anak gadis yang normal seperti dulu. Kakinya tinggal satu, dan dia cukup mampu melakukan semua hal sendiri seperti yang selama ini dilakukannnya.

Pagi itu Ibu Ratna, seperti biasa Ibu Ratna membuka korden ruang perawatan, sinarnya matahari langsung masuk ruang perawatan. Dan tak lupa, Ibu Ratna membuka jendela. Agar udara segar daat masuk dan memberikan kesegaran di ruangan itu.

Tiba-tiba terdengar olehnya seperti suara kereta yang masuk ke dalam ruangan itu. Dan seperti biasanya ketika orang lain masuk Teri langsung berusaha untuk memalingkan mukanya dan dia langsung memalingkan wajahnya ke tembok.
Herannya para perawat-perawat itu malah datang kepada Teri, kemudian dengan pelahan dia berkata

Perawat: ”Teri, ayo buka matanya”
            ”Sekarang ini kami akan memindahkan kamu ke ruangan lain”.

Mendengar kata-kata itu Teri langsung membuka matanya, dan dengan ketus dia berkata
            T: ”aku mau dibawa kemana”
”aku tidak mau pindah dari sini”

Perawat itu tersenyum dan berkata lagi:
            P: ”Teri ini prosedur perawatan siapapun pasti mengalaminya”
            ”Kamu akan punya teman di kamar barumu nanti“
            (jelas perawat itu dengan sabar)

            T: “Gak mau....gak mau.....gak mau....”
            “Aku pokoknya gak mau punya teman”
            ”Aku mau sendirian disini.”
Ibu Ratna mendekati anaknya itu ketika anaknya mulai membrontak, dan mulai menjelaskan kepada anaknya
           
IR: ” sayang ”
”kami selalu ingin memberikan yang terbaik untuk kamu”
”percayalah kepada kami”

Meskipun Teri menangis dan tidak mau beranjak. Perawat-perawat itu dengan cekatan mengendong tubuh Teri dan memindahkan tubuh Teri, ke satu ruangan yang tidak diketahuinya sama sekali olehnya.

Ternyata perawat itu tidak terlalu lama mendorong keretanya. Teri nyakin sekali, meskipun matanya tertutup dia nyakin bahwa rungan yang dituju itu tidak terlalu jauh dengan ruangnya yang lama.

Ibu Ratna dengan setia menemani Teri disampingnya.

Kemanakah Teri akan dipindahkan ?

(Bersambung)

Tulisan: dampak besar untuk kenangan







Selasa, 27 Desember 2011

Cerpen : Terima Kasih Vany (2)

Sebenarnya didalam hatinya yang terdalam, ia juga mengalami kesedihan yang tidak kalah besarnya seperti yang dialami oleh Teri. Ibu manakah yang tidak merasa sedih melihat anaknya menderita.

Sejak Teri masuk di rumah sakit ini, Ibu Ratna mencurahkan semua perhatiannya kepada anaknya itu. Bahkan tidak jarang Ibu Ratna lupa mengurus dirinya sendiri, bahkan hanya sekedar makan dan mandi. Apalagi ketika Teri masuk ruang Operasi. Waktu-waktu itu adalah masa-masa terberat buat Ibu Ratna.

Tidak henti-hentinya Ibu Teri memanjatkan doa kepada Tuhan agar putrinya selamat dan bisa melewati operasi dengan baik. Bahkan ketika putrinya belum siuman, Ibu Ratna selalu menjaga, hampir tiga-hari tiga malam Ibu Ratna tidak tidur bahkan ia makan kalau ada yang memaksanya.

Ibu Ratna sangat mengasihi Teri. Karena itu ketika Teri banyak berubah, ia pun terpukul karena perubahan itu

Perlahan Ibu Teri menarik nafas panjang, ia berusaha menghIbur dirinya dengan berjalan tanpa tujuan.

Dengan berjalan perlahan, Ibu Ratna berjalan menuju beberapa ruangan lain di lorong yang sama. Dari balik kaca yang terdapat di pintu ia berusaha melihat beberapa pasien dan keluarga yang ada dikamar-kamar itu.

Ketika ia berada di suatu ruangan, hampir saja dia bertabarakan dengan seseorang yang akan keluar dari kamar itu.

Setelah meminta maaf. Ibu Ratna memperhatikan siapakah seseorang yang akan bertabrakan dengan dirinya. Melihat wajahnya Ibu Ratna nyakin kalau gadis yang baru saja ditabraknya itu masih relatif muda. Ya mungkin seusia anaknya Teri.

Tapi bedanya gadis itu nampaknya begitu ceria. Sementara anaknya ....

            V: ”Maaf tante”
”apakah tante mau masuk kamar ini”
(tanya gadis itu tanpa basa-basi)

IR: ”Ah gak saya ...hmmm.... tadi hanya mau liat-liat saja kok ”
”Siapa yang dirawat dikamar ini ?”
(tanya Ibu Ratna dengan menutupi kegugupannya)

V: ”Ini kamar saya tante, saya dirawat di kamar ini”.

IR:”Oh ya...tapi kelihatnya kamu sehat-sehat aja”.
(Tanya Ibu Ratna sambil kebingungan)

V: ”Ya, tante liat dunk kaki saya”
”Baru tiga minggu ini saya dioperasi tante”
”dan sekarang ini saya sedang berjalan dengan satu kaki.”
(kata gadis itu tanpa malu-malu)
(Memang setelah diperhatikan gadis itu hanya memiliki satu kaki )

            V: ”Tante mau masuk kamar saya”
            ”Kebetulan saya sekarang sedang sendirian”

            IR: “Ah gak usah ya mungkin lain kali aja ya”
            “Kebetulan anak tante dirawat kamar itu”
            (kata Ibu Ratna menunjukan pintu ruang kamar perawatan anaknya itu)

            V: ”Apakah anak tante juga seumur saya”.
(Tanya gadis itu lagi)

IR: ”Iya...iya mungkin seumur kamu.”
”Tapi .... sayang sekali Dia tidak seperti dulu lagi”.
”Ia sekarang nampak selalu murung”.
”Terutama setelah tahu kaki sebelah kirinya telah diamputasi ”
(kata Ibu Ratna dengan nada sedih)

V: ”Wah kalau seperti itu saya pernah mengalaminya.”
”Tapi coba sekarang tante liat.
”Walaupun kakiku tinggal satu”
”aku tetap oke-oke saja”.
”Mungkin lain waktu aku harus ketemu dengan dia ya .....”

Ibu Ratna hanya tersenyum. Satu usul yang bagus. Pikir Ibu Ratna siapa tahu dengan perjumpaan itu, mereka bisa saling mengenal dan bisa saling berbagi pengalaman.

Gadis yang sedang dikenalnya itu tidak ada lagi didepannya. Tapi Ibu Ratna merasakan sesuatu yang cukup melegakan di dalam hatinya. 

(bersambung)

Tertawa... :) seri 1

Senin, 26 Desember 2011

Cerpen : Terima Kasih Vany (1)

Agak terburu-buru Ibu Ratna berjalan di koridor rumah sakit. Tadi sempatkan pulang ke rumah. Setelah satu minggu ini secara terus menerus ia berada di rumah sakit.

Sejak Teri mengalami kecelakan di awal tahun lalu, Ibu Ratna banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit, untuk menemani putri bungsunya itu.

Setengah berlari,  Ibu Ratna menyusuri jalan menuju ruang perawatan anaknya.

Baru dua hari ini Teri masuk  ruang perawatan. Selama beberapa hari Ibu Ratna hanya bisa memantau kondisi putrinya dari ruang kaca. Karena setelah masa operasi. Teri harus dirawat di ruang isolasi untuk memulihkan terlebih dahulu kondisinya.

Saat ini Teri banyak sekali berubah, bahkan selama dua hari Ibu Ratna menunggu anaknya itu, Teri tidak berbicara.  Hal ini terjadi karena Teri kehilangan semangat Hidupnya. Setelah mengetahui bahwa kaki kirinya kini telah di amputasi.

Sebagai seorang gadis yang biasanya selalu enerjik dengan berbagai macam kegiatan, tentu saja tidak mudah bagi Teri menerima keadaan ini. Apalagi musibah yang dialaminya datang ketika ia siap memasuki tahun yang baru dengan berbagai rencana yang telah disusunya.

Seringkali Ibu Ratna melihat Teri meneteskan air matanya seorang diri,  
hal ini menyiksa diri Ibu Ratna sebagai seorang Ibu.

Seperti siang itu, Ibu Ratna sebelum masuk ruang perawatan, seorang perawat mencegatnya untuk memberi tahukan dirinya kondisi Teri masih sama dengan kondisi kemarin. Ia belum mau berbicara. Tidak mau makan. Bahkan ketika teman-temannya datang menjenguknya, ia malah mengusir mereka semua.

Ibu Ratna yang selama seminggu ini kurang istirahat, mendengar laporan itu wajahnya nampak semakin lelah. Ia pun segera langsung masuk ruang perawatan setelah mengucapkan kata Terima kasih kepada perawat yang memberikan informasi tadi.

Sementara itu di atas ranjang, Teri yang mendengar kedatangan seseorang mencoba segera memalingkan wajahnya, ia menghadap ke tembok, dan berpura-pura memejamkan mata. Hal itu sering kali dilakukannya ketika ada orang lain di ruang itu. Sekalipun yang ada disana adalah Ibunya sendiri.

Ibu Ratna (IR): ”Sayang, buburnya ngaak dimakan
(sambil memegang pundak Teri).
(perlahan pula si Teri merengutkan punggung dan bahunya)
(Kalaupun bisa ia ingin mengerut dan mengecil hingga orang lain tak lagi
menemukannya)

Kemudian dengan sabar Ibu Ratna membujuk Putrinya itu.

IR: ”Teri, kamu harus makan, nanti kalau kau gak mau makan.
Kondisi tubuhmu tidak akan capat pulih nak.”
           
”Ini loh Ibu, tadi bawakan ambon ayam kesukaanmu.”
”Menurut dokter kamu harus makan makanan bergizi supaya cepat pulih kondisinya Ibu suap yaaa...”

Tetapi walaupun Ibu Ratna berusaha menyuapkan bubur ke mulut Teri. Tetap saja gadis itu tidak mau membuka matanya, apalagi membuka mulutnya.

Ibu Ratna merasa usahanya sia-sia, ia pun menaru kembali sendok dan mangkok bubur  itu diatas meja disamping ranjang Teri

Ibu Ratna beranjak dari tempat duduknya.  Ia mencoba mengalihkan perhatiannya dan pandangan matanya tertuju pada parsel buah yang cukup besar.
Sesaat ia mendekati parsel itu, lalu membaca kartu yang tertempel diatasnya

IR: ”Teri tadi teman-temanmu kesini ya ... ”
(tanya Ibu Ratna itu kepada putrinya sambil membawa kartu itu)

            ”Sayang coba deh kamu baca kartu ini, mereka membuat special untuk mu loh”
”Hei... liat ini di juga mengirimkan buah jeruk kesukaanmu. Pasti kamu senang ya menerima kedatangan mereka.”
(pancing Ibu Ratna membuka membicaraan ini)

Kalau Ibu boleh tahu siapa saja yang datang kesini. Hai ada Aldo gak... pasti senang dunk dijenguk cowok idola kamu itu.

Ternyata pancingan Ibu Ratna tidak mengenai sasaran, Teri tetap terdiam, menutup kelopak matanya, walaupun sebenarnya dia tidak tertidur. Ibu Ratna hampir saja kehilangan akal, bagaimana caranya membuat Teri itu bisa membuat berbicara lagi seperti dulu.

Sempat terpikir oleh Ibu Ratna untuk membawakan seorang psikiater, kebetulan teman sekolah SMA-nya dulu adalah seorang psikolog. Namun menurut dokter yang merawat Teri, agar keinginan itu ditunda dulu, sampai Teri mau berkomunikasi dengan orang lain.

Merasa jenuh Ibu Ratna berjalan keluar kamar. 

(Bersambung)