Jumat, 27 Mei 2011

OutlineKotbah: Bpk Andreas Rahadjo

Oleh: Pdt. Andreas Rahardjo
A Story about Bartimeus
(Sebuah Cerita Tentang Bartimeus)
Markus 10:46-52

46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan 47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah dia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" 48 Banyak orang menegornya supaya dia diam. Namun semakin keras dia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" 49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Dia memanggil engkau." 50 Lalu dia menanggalkan jubahnya, dia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. 51 Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" 52 Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah dia, lalu dia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.

Banyak orang tidak sadar bahwa kehidupan yang Tuhan berikan kepada kita adalah suatu kehidupan yang luar biasa. Kebanyakan orang mengeluh dan menyesali bahwa mengapa mereka dilahirkan di dunia yang penuh dengan penderitaan ini. Mereka tidak tahu bagaimana menjadikan kehidupan ini menjadi kehidupan yang bermakna.

Jika kita termasuk orang yang tidak tahu bagaimana menjadikan kehidupan ini bermakna, maka kita perlu belajar dari Bartimeus—si orang buta itu. Bartimeus tahu bagaimana menyikapi  hidupnya dan bagaimana melompat lebih tinggi dari standar hidupnya itu serta mengubahnya menjadi bermakna. Nah, apa yang harus kita pelajari dari Bartimeus itu?


1. Kehidupan yang sulit.
“… ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.” – ayat 46
Bartimeus memulai kehidupan ini bukan dengan sesuatu yang indah. Tidak dikatakan bahwa pada suatu hari di istana lahir seorang anak yang lucu bernama Bartimeus; namun dikatakan bahwa Bartimeus adalah pengemis buta yang duduk di pinggir jalan.
Dalam ayat 46 ini, ada tiga hal yang harus kita perhatikan yaitu:
Kata “pengemis”
Pengemis adalah seseorang yang hidup karena belas kasihan orang lain. Mengemis adalah suatu pekerjaan yang hina. Jika kita perhatikan, pada waktu dia berseru kepada Tuhan Yesus, banyak orang menyuruhnya untuk diam. Mengapa? Karena dia pengemis. Mungkin orang banyak itu berpikir bahwa seorang pengemis tidak pantas untuk menerima mujizat.
Mungkin di dalam hati Bartimeus, dia tidak ingin menjadi seorang pengemis. Namun demikian, keadaan sepertinya mengharuskan dan menekan dia untuk tidak punya pilihan lain selain menjadi pengemis.  Hal apakah yang mengharuskan dan menekan tersebut? Jawabannya terlihat pada kata yang kedua,  yaitu:
Kata “buta”
Keadaan buta Inilah yang mengharuskan seorang Bartimeus menjadi pengemis. Bagi seseorang, kebutaan ini bisa menjadi jalan buntu, dan merupakan keadaan yang tidak dapat diubah atau bisa disebut sebagai nasib buruk.  Bartimeus tidak dapat melawan keadaan tersebut karena ada faktor ketiga yang berperan, yang dapat kita lihat pada kata yang ketiga, yaitu:
Kata “anak Timeus”
Orang tua Bartimeus yang bernama Timeus kelihatannya tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan anaknya itu. Orang tua yang seharusnya melindungi dan memelihara anaknya, sekarang mungkin karena desakan ekonomi harus merelakan anaknya terlunta-lunta di pinggir jalan untuk meminta-minta. Jika orang tuanya saja menyerah terhadap keadaan tersebut,  maka apalagi Bartimeus; sebagai seorang anak,  dia pun pada saat itu  tidak kuasa menolak nasib buruknya.

Setdiap dari kita memang mempunyai masalah yang berbeda-beda. Seseorang yang bernama Scott Peck dalam bukunya “The Road Less Traveled” mengatakan dalam bab pertama bahwa  “Life is difficult” (hidup itu sulit). Semakin kita dapat menerima fakta bahwa hidup ini sulit, maka semakin kita dapat menydiapkan diri kita untuk mengatasinya. Jangan jadi orang Kristen yang mengatakan, “Seharusnya hidup ini gampang”. Jika kita terus mengatakan hal seperti itu, maka kemenangan justru akan menjauh dari kita, karena yang akan kita temui adalah kekecewaan.
Keadaan dapat menekan hidup seseorang begitu rupa sehingga orang tersebut tidak kuasa untuk melawannya. Nichiren Daishonin mengatakan, “Jangan pernah membiarkan kesulitan hidup mengganggu Anda. Karena tidak ada yang dapat menghindari masalah, bahkan  orang-orang saleh atau orang-orang bijak sekalipun.” Artinya dalam keadaan tidak menyenangkan, kita tidak boleh menyerah. Kita harus tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang luar biasa untuk setiap anak-anak-Nya.
Bagaimana kita bisa mengalahkan keadaan yang tidak berpihak kepada kita? Simak beberapa kiat di bawah ini:
Memulai dengan Yesus.
“Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah dia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" – ayat 47
Walaupun keadaan dapat menekan Bartimeus, namun di dalam hatinya dia selalu berharap untuk suatu kali dia bisa mengalami kesembuhan. Inilah sebabnya ketika dia tahu bahwa yang lewat itu Yesus mulailah dia berseru meminta pertolongan. Saya percaya hal ini merupakan suatu proses yang panjang bagi seorang Bartimeus agar dapat berteriak meminta tolong kepada Tuhan Yesus.
Lebih jauh, apa yang dapat kita pelajari dari Bartimeus dalam ayat 47 ini?
Sebagai orang cacat, dia tidak dapat melakukan semua hal, tetapi apa yang dia dapat lakukan, dia lakukan dengan baik.
Bartimeus memang tidak dapat melihat tetapi dia dapat  mendengar dengan baik. Kebanyakan orang yang berada dalam keadaan seperti Bartimeus seringkali menyerahkan hidup kepada nasib untuk selamanya. Namun Bartimeus berbeda! Dia terus menghidupkan harapannya untuk mengalami mujizat dan dia melakukan apa yang dia dapat lakukan yaitu mendengar. Tentunya sebagai pengemis yang duduk di pingggir jalan, dia mendengar banyak hal;  namun sudah pasti tidak semua yang dia dengar itu bermanfaat. Dia menyeleksi apa yang dia dengar dan hanya yang bermanfaat untuk imannyalah yang dia dengarkan dan renungkan dalam hatinya. Seperti yang dikatakan rasul Paulus kepada jemaat di Roma, “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” – Roma 10:17. Agaknya demikianlah juga yang dialami Bartimeus; walaupun dia hidup pada zaman yang berbeda dengan Rasul Paulus namun kebenaran firman Tuhan terbukti di dalam hidupnya: imannya untuk mengalami mujizat tumbuh setelah dia mendengar bahwa ada seorang yang bernama Yesus dapat mengadakan mujizat.
Apa yang dia dengar, dia renungkan, dia simpan dan dia tabung sampai menjadi suatu kekuatan yang luar biasa yang memampukan dia untuk berseru meminta pertolongan kepada Tuhan Yesus.
Mungkin pertama-tama dia mendengar tentang seseorang yang bernama Yesus yang mengadakan banyak mujizat.  Hal yang luar biasa adalah bahwa Bartimeus dapat menghubungkan Yesus dan Daud sehingga ketika dia berseru dia menyebut Yesus sebagai keturunan Daud. Memang dikatakan, “Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal." – Yoh 7:42. Namun, bagaimana Bartimeus yang buta dapat sampai kepada kesimpulan bahwa Yesus inilah Sang Mesias, keturunan Daud yang dinanti-nanti umat manusia untuk menyelamatkan manusia dari dosa (Lukas 1:69). Kesempatan bahwa Yesus sedang berada di daerahnya inilah yang tidak disia-siakan oleh Bartimeus sehingga dia berseru meminta belas kasihan kepada Yesus. Bartimeus memanfaatkan kesempatan yang baik itu.

Bartimeus ingin adanya perubahan di dalam hidupnya dan dia memulainya dengan Tuhan. Bukan dengan kepandaiannya atau kelebihannya (karena yang dia miliki hanyalah kekurangan) melainkan dengan Tuhan. Seperti yang Hudson Taylor katakan, “Saya menemukan ada tiga tingkatan dalam pekerjaan Tuhan yang hebat: pertama – hal itu mustahil, kedua – menjadi sulit, ketiga – setelah itu terselesaikan.” Tidak ada pekerjaan Tuhan yang ditinggalkan terbengkalai, sebaliknya semuanya diselesaikan dengan sempurna.

2. Jalan yang tidak mudah.
“Banyak orang menegornya supaya dia diam.” – ayat 48

Pepatah mengatakan, “Nothing good comes easy” artinya tidak ada sesuatu yang baik yang datangnya gampang. Menjadi juara, berhasil dalam bisnis ataupun mengalami terobosan dalam pelayanan memerlukan perjuangan. Pada waktu Bartimeus mulai berseru, pada waktu itu juga banyak orang  yang menyuruh dia diam. Nah, kita harus mengingat beberapa hal yang penting jika kita menginginkan hal baik, yaitu:

- Semakin besar impian kita, semakin besar tantangan yang harus kita hadapi.
Ini adalah hal yang wajar yang harus kita hadapi. Jika kita menginginkan kemenangan yang besar di dalam hidup kita, maka kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah yang besar.
Tuhan Yesus sendiri mengatakan, “Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?  Supaya jikalau dia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia,  sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi dia tidak sanggup menyelesaikannya.” – Lukas 14:28-30. Memang harus ada persiapan mental. Seseorang yang mempunyai cadangan semangat yang besar dalam mencapai apa yang dia imani, orang seperti itulah yang akan melewati dan menyelesaikan segala masalah yang harus dia hadapi.

- Banyaknya masalah yang kita hadapi dapat merupakan alasan untuk semakin dekatnya kita dengan mujizat.
Seandainya Bartimeus tidak berteriak, tentulah tidak banyak orang yang menyuruh dia untuk diam. Tetapi justru segera setelah dia menghadapi segala tekanan dari orang banyak yang menyuruh dia untuk diam, maka sesegera setelah itu  juga justru terjadi percepatan terjadinya mujizat. Semakin banyak masalah, semakin dekat dengan mujizat. Namun,  justru di sinilah tempta di mana banyak orang kandas imannya.

3. Daya juang yang hebat
”Namun semakin keras dia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!" – ayat 48

Apa yang membedakan orang yang berhasil dengan orang yang tidak berhasil? Ternyata bukan masalah kepandaian yang membedakan orang yang berhasil dengan yang tidak berhasil, melainkan masalah keuletan. Di tengah tekanan yang harus dialami, Bartimeus  tidak bersikap pasrah tetapi justru menunjukkan daya juang yang luar biasa. Hal itu terlihat dari kata:
- “namun”
Apakah ada banyak kata “namun” dalam hidup Saudara? Atau sebaliknya, apakah banyak “ya sudah” atau kata “terima saja” dalam hidup Saudara. Semakin banyak kata “namun” dalam kehidupan kita, semakin itu menunjukkan kepercayaan kita bahwan hidup kita tidak tergantung nasib. Jika kita melibatkan Tuhan dalam hidup kita, akan ada banyak kejutan indah yang dapat terjadi dalam kehidupan kita.

Seorang nabi yang bernama Habakuk pernah menghadapi situasi yang sulit. Apa reaksinya?  “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.” – Habakuk 3:17-18.

Hal ini sama dengan “menentang arus”.  Apakah hidup Saudara sedang menentang arus atau mengikuti arus? Apa yang hari-hari ini Saudara sedang perjuangkan?

- “semakin”.
“namun” ditambah dengan “semakin”, maka lengkaplah sudah. Jika seseorang  mempunyai kedua kata ini di dalam hidupnya maka apa yang diperjuangkan tidak akan terbendung. Orang yang memiliki kedua kata di atas tidak akan dapat dihentikan. Kegagalan dan segala macam intimidasi tidak akan menghentikannya. Kata “semakin” menunjukkan adanya intensitas yang bertambah. Artinya Bartimeus berseru dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya. Kedua kata inilah yang akhirnya menciptakan orang seperti Thomas A. Edison. Kedua kata inilah yang menciptakan orang-orang hebat di bumi.

Tambahkanlah intensitas Saudara dalam memperjuangkan apa yang Saudara percayai (yang dari Tuhan) – yang dapat membawa perubahan yang positif dalam kehidupan Saudara. Pemazmur mengatakan, ” Tetapi aku senandiasa mau berharap dan menambah puji-pujian kepada-Mu” – Mazmur  71:14. Kita harus menambah intensitas dalam melakukan hal-hal yang positif seperti pujian dan mengurangi intensitas dalam hal-hal yang negatif seperti omelan. Jika kita meneliti apa yang dikatakan oleh pemazmur, kita dapat menarik suatu pelajaran: Orang yang menambah puji-pujian kepada Tuhan, orang tersebut senantiasa akan mempunyai pengharapan. Hal yang luar bdiasa akan terjadi jika kita melakukan hal ini.

Seorang yang bernama Hugh Latimer mengatakan, “Tetesan air hujan melubangi batu, bukan dengan kekuatan fisik yang kuat, namun dengan tetesan yang berulang-ulang.”  Orang yang dapat menyelesaikan masalahnya dengan tuntas adalah orang dianugerahi kekuatan dari Tuhan  dan orang yang mempunyai daya juang yang tidak ada habis-habisnya.

4. Yesus yang mendengar jeritan.
“Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!" – ayat 49
Yesus mendengar doa dan menjawab setiap doa. Ini yang menjadi penghiburan dan dasar dari iman dan pengharapan kita. Kita akan menjadi orang yang frustrasi jika kita tidak yakin bahwa Tuhan tidak mendengarkan doa kita. Tuhan Yesus mau peduli terhadap apa saja yang kita pergumulkan. Ada seseorang yang menggambarkan demikian: Yesus menghentikan seluruh aktifitas puji-pujian di surga ketika didengar-Nya ada sebuah doa dipanjatkan, walaupun ternyata diketahui bahwa itu adalah doa seorang anak kecil. Ini hanya sebuah gambaran bahwa setiap doa, setdiap jeritan itu penting bagi Tuhan Yesus karena Dia peduli kepada kita.

Ada sebuah pepatah yang mengatakan, “Doa menggerakkan tangan yang menggerakkan dunia”. John Wesley juga mengatakan, “Tuhan tidak melakukan apapun yang membebaskan manusdia dari dosa kecuali melalui doa.” Ada orang yang menanyakan apakah pekerjaan Tuhan Yesus setelah Dia naik ke sorga? Tentunya Dia tidak menganggur, saya percaya Yesus mendengarkan doa-doa umat-Nya dan menjawabnya.

5. Massa yang berubah-ubah.
“Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan hatimu, berdirilah, Dia memanggil engkau." – ayat 49
Itulah manusdia, mereka yang menyuruh supaya Bartimeus untuk diam; mereka jugalah yang mendorong Bartimeus untuk menemui Yesus. Manusia mudah berubah, janjinyapun juga mudah berubah. Itulah sebabnya jika kita menginginkan kehidupan yang baik, yang tidak terpengaruh keadaan, jangan gantungkan kehidupan kita atas janji-janji manusia. Janji Tuhanlah yang tidak berubah, firman-Nya tidak berubah. Iman kita sangat tergantung kepada janji Tuhan. Iman kepada janji Tuhan inilah yang akan menghasilkan banyak perubahan di dalam hidup kita.
Bukan berarti kita tidak mendengarkan nasihat orang lain, namun yang dimaksud adalah kita tidak menggantungkan masa depan kita kepada janji-janji dari orang lain. Jika kita lakukan hal itu, suatu kali kita akan mengalami kekecewaan. Lihatlah apa yang rasul Paulus katakan dalam Galatia 1:15-16, “Tetapi waktu Dia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karundia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia”. Rasul Paulus menjelaskan bahwa tugas dan panggilannya sebagai rasul Allah bukanlah berdasarkan apa yang orang lain katakan.

5. Langkah yang berani.
“Lalu dia menanggalkan jubahnya, dia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus.” – ayat 50
Mengapa saya katakan bahwa ini adalah langkah yang berani? Karena Bartimeus tidak menunggu supaya Tuhan Yesus datang untuk menolong dia. Perubahan hidup memang tidak datang sendiri ke dalam hidup kita, seringkali kita harus mengejarnya. Bagi orang yang pasif, perubahan hidup itu jarang terjadi. Bartimeus tidak menyia-nyiakan kesempatan yang dia dapatkan, bagi dia sepertinya “it is now or never” (sekarang atau tidak akan pernah). Dia menyambut kesempatan itu dengan suatu tindakan. Dia meninggalkan jubah kemiskinannya dan segera pergi untuk mendapatkan Yesus. Suatu tindakan yang berani dan cepat. Banyak orang tidak mengalami terobosan dalam hidupnya karena kemalasannya. Seperti penulis Amsal mengatakan dalam Amsal 13:4, “ Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia…” Banyak orang ingin perubahan, terobosan dan kemenangan dalam hidupnya namun jika tidak ditunjang oleh usaha yang keras dan kerajinan maka semua yang mereka impikan akan sia-sia.
Bartimeus bukanlah orang yang mengasihi diri sendiri dan dia tidak mengatakakan, “Tuhan tolong engkau yang datang kemari, bukankah aku seorang yang buta?”  Sebaliknya, karena besar keinginannya untuk mengalami mujizat, seakan-akan dia langsung meninggalkan tempat di mana dia sudah bertahun-tahun duduk sebagai pengemis dan segera pergi untuk mendapatkan kesembuhan dari Tuhan Yesus. Perjalanan yang jauh diawali dengan langkah pertama bukan dengan angan-angan atau lamunan. Langkah pertama apa yang Saudara sudah dan akan ambil demi terjadinya perubahan atau terobosan dalam hidup Saudara? Lakukanlah sekarang, jangan ditunda. Amsal 21:25 mengatakan, “Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja.” Keinginan tanpa tindakan tidak akan menghasilkan apa-apa.

6. Menjawab dengan benar.
“Tanya Yesus kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" – ayat 51
Bukankah Tuhan Yesus tahu bahwa Bartimeus memerlukan mujizat penglihatan? Mengapa Dia harus bertanya lagi? Karena pada kenyataannya belum tentu orang yang buta meminta penglihatan, belum tentu orang yang susah meminta penghiburan. Ada kalanya mereka hanya meminta dikasihani. Bartimeus tidak meminta uang yang dapat menjamin dia seumur hidupnya, dia juga tidak meminta kawan yang dapat menghibur dia terus. Yang dia minta adalah penglihatan. Dia telah meminta yang benar, itulah sebabnya akhirnya dia mendapatkan apa yang dia minta.

Yakobus dengan jelas mengatakan bahwa tidak semua permintaan akan dikabulkan. Yakobus  4:3 mengatakan “Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” Raja Salomo juga telah meminta hal yang benar yaitu hikmat dan dia mendapatkannya.
Jika Bartimeus meminta penglihatan artinya dia tidak dapat mengemis lagi. Tidak ada alasan untuk mengemis, dia harus mulai mencari pekerjaan untuk membiayai hidupnya. Artinya apa yang dia minta bukanlah sesuatu yang dapat membuat dia hidup bermalas-malasan melainkan sesuatu yang dapat membuat dia menjadi orang yang bertanggung jawab dalam hidupnya. Permintaan seperti inilah yang memperkenankan hati Tuhan.

7. Pengabdian hidup.
“Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah dia, lalu dia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.” – ayat 52
Inilah akhir yang luar biasa, banyak orang lupa Tuhan setelah mendapat mujizat. Lain dengan Bartimeus, setelah mengalami hal yang luar biasa dari Tuhan, dia malah mengabdikan hidupnya dengan mengikuti Tuhan Yesus. Saya percaya dia tidak akan menjadi penonton saja melainkan dia menjadi murid Tuhan Yesus dan dia bersaksi tentang apa yang telah dia alami. Jika kita diberkati atau dibuat berhasil oleh Tuhan, itu karena Tuhan ingin kita dapat menyaksikannya kepada orang lain. Sehingga orang lain dapat mengalami hal yang sama dan nama Tuhan dipermuliakan.

Willdiam Booth suatu kali mengatakan, “Kebesaran dari kekuatan manusia adalah ukuran dari penyerahannya.” Betapa benarnya ucapan dari pendiri Bala Keselamatan ini bahwa semakin besar penyerahan seseorang, semakin besar pulalah kuasa yang dia miliki.

Hidup tidak tergantung nasib. Jangan menunggu perubahan dan kemenangan untuk datang kepada Saudara. Berimanlah, kejarlah dengan tidak mengenal lelah, jangan menyerah! pasti Tuhan akan menjawab doa Saudara. Dan setelah terjadi mujizat, berikanlah kemuliaan bagi nama Tuhan. Kehidupan Saudara akan menjadi kehidupan yang amat mengesankan.

Jadi secara singkat: Marilah kita melompat melewati semua hal yang menghalangi kita—apa pun penghalang tersebut; entah penghalang yang kasat mata seperti sakit penyakit, keterbatasan tubuh atau pun penghalang yang tidak kasat mata seperti hubungan yang buruk dengan keluarga atau orang lain atau bisnis yang sedang jatuh. Sambutlah tahun yang baru dengan lompatan baru!